“ Kami Datang Untuk Membebaskan Manusia Dari Penyembahaan Kepada Sesama Manusia”

#3
Tiba tiba ekspresi wajah aron berubah,”kalian berani sekali berbicara tentang kepempinanku? Kalian tau apa?”
“Yang  kami tahu siapapun yang yang memimpin tanpa menggunakan hukum allah dia pasti menganiaya rakyatnya”dan semua itu kami lihat sendiri!” dengan lembut utusan tersebut berbicara.
“Kalian asal bicara,” sahut Aron. Kenapa Fathah begitu percaya diri mengutus kalian kepadaku sambil menawarkan hal konyol dan tak masuk akal seperti ini, lalu mengajak perang segala, padahal hasannya sudah kalah di Yunbai dan oleska.
“Kekalahan kami sama sekali tidak menunjukkan kelemahan kami.”
“Kami melakukan inipun bukan karena harta, persenjataan, atau keagungan semata, tetapi karena ini semua adalah perintah Tuhan kami.”
Aron menggelengkan kepalanya, dan melambai mengusir kedua utusan itu.” Sebelum aku berubah fikiran, cepat kalian pergi dari hadapanku. Kalian sudah tau jawabanku, dan katakan itu kepada Raja kalian. Cepatlah pergi!”
Dua utusan Usmani itu pergi tanpa menghormat sama sekali persis seperti saat mereka datang. Aron sangat tersinggung, ribuan tanda tanya menggelantung dikepalanya.
“Hei”, teriaknya
Utusan itu berhenti dan kembali menghadap Aron
“Kenapa kalian tidak mau membungkuk hormat kepadaku?” Aron menujukkan mereka dengan pedangnya.
“Mohon maaf kalau kami tidak sopan dalam pandangan yang mulia. Pada utusan Tuhan sekalipun, orang orang islam tidak pernah membungkuk, apalagi kepada musuh islam seperti yang mulia, utusan raja fathah itu tetap tenang, walaupun ada sedikit kekhawatiran dalam diri mereka namun mereka tetap menyampaikan kebenaran itu. Kami pamit, yang mulia”.
Mereka pergi.
Aron seketika terdiam, kepalanya penuh dengan pikiran yang membingungkan karena kedatangan dua orang utusan Raja Hasaniyyah itu.
“Sudah aku duga pada akhirnya orang-orang Hasaniyyah akan datang juga kehadapanku,” Aron tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
Walaupun mereka  kalah  Diyunbay dan Oleska mereka tetap sebuah negara yang kuat.
“Apa kita akan berperang dengan usmani, yang mulia?” Tanya menteri.
“Pasti, pasti terjadi” sahut Aron.
Setelah penolakan ini pasti mereka akan mengirim angkatan perang mereka untuk menyerbu zamakstan. Seperti isi surat dan apa yang tadi dikatakan oleh kedua utusan itu.
Tiba-tiba wajah para menteri menjadi tegang. Mereka telah merendahkan kita aku rasa kita harus menjawab tantangan mereka, yang mulia. Kita tidak bisa diam saja.
Aron terdiam, berpikir. Dia sangat ragu, sebab dia tahu apa yang disampaikan oleh kedua orang utusan kekaisaran Hasaniyyah itu ada benarnya. Ada begitu banyak orang miskin, pengemis, gelandangan, dan orang-orang sengsara didalam kekaisarannya, bahkan di Ibu Kotanya sendiri.
Dia tidak bisa menipu dirinya tentang semua itu dia juga sering mendengar kabar tentang betapa tangguhnya para prajurit Hasaniah. Tetapi dia tidak memiliki pilihan yang lain selain berperang, karena orang-orang Hasaniah adalah orang-orang islam yang tidak mau mengakui yesus sebagai tuhan.
Dia harus menghancurkan orang-orang Hasaniyyah itu sampai ke akar-akarnya.
“Kita tidak bisa sepenuhnya mengalahkannya karena kita tahu bahwa usmani adalah sebuah negara yang kuat.” Aron menatap para menteri dengan tatapan yang dalam.
“Tapi kita tidak boleh menuruti kemauan orang-orang Hasaniyyah itu begiu saja, kita harus melawan mereka”.
Para perdana menteri mengangguk,” jangan khawatir, yang mulia, kita pasti menang.”
“Yang penting kita persiapkan segala-galanya. Kau persiapkan pasukan kita yang terbesar dan terkuat. Ikur sertakan rakyat yang sanggup berperang, cepat laksanakan.”
“Siap,” jawab menteri.
Barus saja menteri hendak melangkah pergi, masuklah seorang prajurit kedalam ruangan itu. Dia melaporkan tentang kedatangan seseorang ternyata yang datag adalah seorang bangsawan Natashkan, dia melangkah memasuki ruangan itu dengan cemas dan tergesa-gesa.
Menteri itu tiba-tiba yang hendaknya ingin keluar dari ruangan itu tertahan ketika melihat orang bangsawan itu masuk kedalam ruangan yang sama.
Bangsawan Natashkan itu, memakai baju yang mewah berwarna biru dipadukan dengan emas dan sepatu kulit yang indah. Ujung celana panjangnya dimasukan kedalam sepatunya itu, kerah dilehernya melengkung berlipat-lipat. Rambut pirangnya tersisir rapih, mata birunya bercahaya seperti ada sinar terang, dia telah berdiri tegak dihadapan Aron.
“Kau kelihatan tak tenang, apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Aron.
Bangsawan itu menarik napas dalam-dalam untuk menyampaikan apa yang ada diisi kepalanya sambil terus mengatur napas.
Pasukan Hasaniyyah sudah tiba di perbatasan mereka sudah berkemah disana.
Mendengar kata-kata bangsawan itu wajah Aron semakin cemas saja.
“Berapa banyak?” tanya Aron .
“Sangat banyak.” Jawab bangsawan itu.” Aku tidak bisa memastikannya kemungkinan ada ribuan.”
“Baru saja utusan dari kekaisaran Usmani itu menghadapku. Kalau begitu kau segera persiapkan pasukan yang kita punya, kita akan menghadapi mereka. Hasanyyiah tidak boleh berbuat seenaknya.”
“Tapi apakah pasukan kita akan memadai dan kuat bila menghadapi pasukan mereka yang banyak itu dengan pasukan kita yang sekarang kita miliki?” Tanya bangsawan itu dengan khawatir.
“Jangan gentar, aku akan mencari dukungan.”
“Tapi bagaimana jika meraka menyerbu kita dahulu?”
“Tenang saja, bantuan akan segera datang, kita pasti akan memenangkan peperangan ini, dan memusnahkan semua pasukan hasaniyyah tersebut.”
Hari itu cahaya matahari terhalang gumpalan-gumpalan awan. Mendung seakan awan itu ingin menjatuhi bumi. Para pasukan terkuat sudah berbaris dengan strategi panglima. Para pemanah, para penunggang kuda, dan semuanya sudah siap dengan posisi mereka.
Heeiiii!!!, “Fathah berani sekali kamu datang kewilayah kekuasaanku dan ingin memerangiku, kau kira aku tidak berani, bala bantuan akan datang membantuku, dan kali ini aku akan mengalahkan mu.”
“Aku kesini hanya ingin menyampaikan berita baik kepadamu agar kau dan rakyatmu memeluk agama yang diridhoi oleh allah yaitu agama islam, kami tidak ingin memulai peperangan, tapi kau yang meminta kami untuk memerangimu.”
Tiba tiba dari arah timur dan barat terdengar sebuah suara yang menggoyangkan bumi
Dumm, dumm, dumm, terdengar seperti langkah ribuan pasukan yang dengan semangat membara meraka berlari ketempat pertempuran.
“Kau dengarkan hei Fathah bala bantuanku sudah datang, kau takkan mampu menandingiku sekarang,” ucap Aron.
“Bagaimana ini yang mulia, kita pasti kalah, kita takkan mampu menandingi kekuatan pasukan Aron sekarang?”tanya sang panglima kepada sultan Fathah dengan raut muka cemas.
“Tenang panglima, kita serahkan semuanya pada yang maha kuasa, kita berdoa dan memohon bantuannya agar kita bisa memenangkan peperangan ini dan menegakkan agama islam.” Jawab Fathah.
Tiba-tiba datang bala bantuan terdengar, wush, wush, wush, rupanya itu  bambu bambu dengan mata pisau yang tajam dengan bulu dibelakang menghujani seluruh pasukan hasaniyyah.
Ahhhh, ahhhh suara kesakitan para pasukan hasaniyyah itu seakan menusuk hingga kesumsum, hamparan tanah dibanjiri oleh darah. 
“Yang mulia bagaimana ini pasukan kita telah mati semua, kita pasti akan mati disini?”tanya panglima.
Fathah termenung dan menangis hingga tak mampu membendung air matanya, seketika ia mengusap air matanya.
Tiba-tiba turun dari kuda putih yang ditumpanginya, dengan air mata yang terus mengalir.
Tubuhnya menjadi gemetar, Fathah tak sanggup menahan tangis karena peperangan itu. Dalam sebuah keheningan ia bersujud, memohon pada allah ta’ala untuk diberikan pertolongan.
Seketika seluruh pasukan hasaniyyah pun juga ikut bersujud berdoa pada allah ta’ala. Hal ini seakan membuat aron teramat aneh.
“Pemanah, sekarang juga hujani mereka dengan panah” dengan raut muka bengis Aron memerintahkan seluruh pasukan pemanahnya, karna disaat ini kesempatan emas guna mengalahkan hasaniyyah.
Tiba tiba awan hitam tebal datang ketempat peperangan, awan hitam yang menutupi seluruh negeri. 
Aron termenung”Ada apa ini kenapa tiba tiba awan menjadi hitam seperti ini?”
Seketika Fathah dan pasukan muslim pun seluruhnya terbangun dari sujudnya.
“Ada apa ini yang mulia?”, tanya panglima pada Fathah.
“Ini adalah bala bantuan allah, allah mendengar doa kita, dan kini dia kirimkan bala bantuan pada kita untuk memenangi peperangan ini.”
Zjerrrr,zjerrr, suara petir yang mengadu diatas awan seakan menjadikan pasukan Aron ketakutan, dan tidak menunggu lama allah perintahkan petir tersebut untuk meluluh lantahkan seluruh pasukan Aron dan negeri kekuasaannya, hingga tidak ada lagi yang tersisa. Sungguh Allah maha kuasa atas segala apapun, dan Allah maha mendengar doa dari para hambanya yang sholeh yang kini ia kirimkan bala bantuan untuk membantu hambanya demi menegakkan agama islam.
Dan inilah bukti kekuasaan Allah,” Terima kasih ya Allah, Allahuakbar,  Allahuakbar, Allahuakbar”, seketika  Fathah bersujud syukur atas pertolongan yang telah Allah berikan. Dan diikuti seluruh pasukan muslim lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Say "Thank You" and "GoodBye"

Allah Maha Adil

Hilangkan Egomu