“ Kami Datang Untuk Membebaskan Manusia Dari Penyembahaan Kepada Sesama Manusia”

#1
“Ini adalah sebuah kisah yang menceritakan tentang pertarungan sengit antara kedua kerajaan yang besar yang berbeda keyakinan tehadap penghambaan tehadap tuhan. Dan inilah kisahnya.”
Awan yang putih melayang di luasnya hamparan langit. Seakan menyejukkan mata sang anak tersebut. Ditemani sang ayahnya, Muhammad Nur Hasan, atau sultan hasan, di sebelah kanannya. Dengan sorban yang terpasang dikepalanya dengan rasa terhormat dan sederhana.
Seakan menimbulkan rasa rendah hati di dalam gerak laku dan perkataannya. Pakaiannya putih bersih dan baik yang sangat sederhana. Karna ia sangat malu jika bermegah megahan terutama dalam berpakaian. Dan malu terhadap rakyat, anaknya, dan para sahabatnya serta malu terhadap rasul dan Allah SWT.
Padahal di bawah telapak kakinya tunduk ribuan orang. Dan di dalam genggamannya telah banyak sekali kerajaan yang telah ia kuasai. Jika ia ayunkan telunjuknya, maka takluklah berbagai negeri. Namun ia tahu, semua ini yang ia miliki hanyalah anugrah. Hanya titipan dari pemiliknya  yaitu Allah ‘azza wa jalla. Tuhan seluruh alam, rab yang maha merajai dari raja raja. Ia bisa saja sombong dan takabur jika ia mau, sebab begitu besarnya kekuasaaan atas segala yang telah ia capai. Akan tetapi ia malu, karna semua ini adalah titipan semata dari Allah SWT.
Dan disebelah kiri anak remaja itu berdiri pula sesorang sahabat setia ayahnya, namanya Muhammad Nur Ibrahim bin Muhammad hamzah. Orang-orang sekitarnya biasa memanggilnya hamzah. Ia adalah sahabat setia Hasan, dan ia juga telah hafal Al-Qur’an semenjak umur tiga belas tahun. Dan sampai hari ketika dimana seluruh rambut dan janggutnya memutih, tak hilang satu pun huruf Al-Qur’an yang telah ia hapal di kepalanya.
Ia adalah salah satu keturunan dari khalifah Abu Bakar As-siddiq. Ia adalah sahabat dari bibit yang mulia. Sultan hasan  sering meminta pendapat ataupun nasihat kepada sahabatnya. Dan darinyalah sultan hasan belajar tentang agama islam lebih dalam sehingga ia dapat memerintahkan kekuasaannya diatas jalan hukum yang ditetapkan Allah.
Muhammad hamzah adalah orang yang teguh. Ada bekas sisa-sisa ketampanan di wajahnya yang pucat dan keriput. Ia selalu tegas dalam membantu sultan hasan menjalankan pemerintahan di kerajaan. Ia tak pernah iri terhadap kekuasaan, jika diketahuinya sultan hasan melanggar syariat dalam kepemimpinannya. Ia tak segan-segan meluruskannya dengan tegas, dengan membawa ayat-ayat Allah dan sunnah rasul sebagai tuntunan perundang-undangan. Dan sultan hasan tak pernah menantang perkataan-perkataan dari hamzah. Karna sultan hasan tau benar kebenaran apa yang diucapkannya.
Dengan seyum lebar, di sanalah ia berdiri sekarang, ditengah-tengah hamzah dan sultan hasan. Dengan kilauan-kilauan cahaya fajar. Seakan langit yang biru berubah warna  menjadi  emas. Anak remaja itu berdiri tegak, dengan pakaian gamis panjang putih yang dikenakannya melambai pelan. Terukir motif-motif hiasan yang melingkar di sepanjang ujung
lengan pakaian itu. Wajah anak itu sangat tampan, matanya bulat cemerlang. Namanya adalah Muhammad Hasan Munasir yang biasa dipanggil dengan sebutan fathah. Usianya baru enam belas tahun, namun sejak usia sepuluh tahun ia telah hafal seluruh isi Al-Qur’an. Dan ia juga mampu berbahasa dalam tujuh bahasa; arab, latin, yunani, serbia, turki, persia, dan ibrani.
Ia begitu mencintai ilmu karena ia dipersiapkan untuk meraih cita-cita besar oleh ayah dan sahabat ayahnya itu. Sebuah cita-cita yang telah dijanjikan oleh Rasulullah saat dulu kala. Cerita yang selalu menjadi mimpinya dan angan-angan para mujahidin, yang tak terhitung lagi berapa banyak para kesatria-kesatria muslim yang telah syahid guna mewujudkannya.
Pada saat pagi yang cerah itu, mereka bertiga berdiri dipuncak mernara masjid yang tertinggi. Sambil menikmati fajar bersamam-sama setelah sholat shubuh. Mereka bersandar pada pagar menara, menatap luas ke kejauhan, jauh kepada suatu negeri.
Sultan Hasan menggenggam tangan putranya sambil menatap matanya dengan seyuman. Hari itu akan ia tegaskan sebuah alasan. Alasan yang sudah berulang kali ia sampaikan kepada putranya itu semenjak ia masih kanak-kanak. Alasan yang begitu keras mendidik putranya dengan islam semenjak putranya berada di dalam rahim ibunya.
“Fathah, lihatlah! Di sana, jauh didepan sana, disanalah zamakstan.”
Fathah menatap jauh kepada cakrawala, ke arah suatu tempat yang ditunjuk ayahnya.
“Kota itu adalah salah satu pusat dari kekufuran. Ibu kota romawi yang sangat kuat. Kota itu akan jatuh kedalam kekuasaan islam. Dan  engkaulah wahai anakku, insya Allah, yang akan menaklukkannya kelak.”
Tangan lembut hamzah membelai kepala dan rambut fathah. Ia akan sampaikan kembali sebuah nasihat yang selalu ia sampaikan kepada fathah.
“Fathah, dahulu kala rosulullah telah berjanji bahwa kota itu akan dibebaskan lebih dahulu sebelum roma! Kota itu akan jatuh kedalam kekuasaan islam, dan sebaik-baiknya tentara ialah tentara yang menaklukkannya, serta sebaik-baiknya pemimpin ialah pemimpin yang menaklukkannya, insya allah.”
Sultan murad menarik nafas dam-dalam. Udara pagi begitu nyaman.”Janji rasulullah pasti terlaksana, karena berasal dari wahyu allah. Untuk mewujudkannya kau harus jadi yang terbaik. Mengamalkan dan mempelajari Al-qur’an dan sunnah-sunnah nabi, sayangi semua orang, tidak boleh sombong, berlaku adil, dan tegaslah dalam menegakkan hukum allah, berjihad di jalan allah, dan engkaulah yang akan mewujudkan janji rasulullah tersebut.”
Muhammad hamzah dan sultan hasan saling menatap dan terseyum. Mereka telah menitipkan janji rasulullah itu kepada fathah, setelah mereka berjuang keras untuk menaklukkan zamakstan namun belum juga memperoleh keberhasilan.
“tancapkanlah janji ini didalam hatimu, wahai putra ku.” Hamzah memegang bahu fathah,” dan kelak kau harus berusaha mewujudkannya.”
Fathah terseyum, memandang matanya ke zamakstan yang jauh tak kelihatan.
“insya allah.”
Dilain sisi disuatu kerajaan batram di ibu kota  zamakstan, dengan kokoh berdiri sebuah kerajaan, kerajaan ini tumbuh membangun peradaban di zamakstan.
Laki laki itu sedang berlutut di hadapan kaisar gisbund, di hamberg. Namanya adalah vidko alexander. Ia adalah putra dari iron alexander.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Say "Thank You" and "GoodBye"

Allah Maha Adil

Hilangkan Egomu